Halaman

Senin

Jenis sertifikasi yang berkaitan dengan bidang Teknologi Informasi


1.   Sertifikasi Microsoft
Adalah Sertifikasi Microsoft telah menjadi standar internasional dalam menilai kemampuan teknis IT seseorang. Standar ini dipakai sebagai acuan untuk mengukur kemampuan calon staff, staff internal dan para konsultan IT dalam hal implementasi solusi bisnis pada organisasi mereka. Microsoft memberlakukan sertifikasi dengan label Microsoft Certified Professional (MCP).
Jenis Sertifikasi Microsoft :
  • MCP (Microsoft Certified Professional)
           Sertifikasi dasar yang diperoleh dengan mengambil 1 ujian mengenai Operating
           System atau Software Aplikasi.
  • MCDST(Microsoft Certified Desktop Support Technician)
          Keahlian dasar untuk mendukung end-user dalam troubleshooting software dan
          hardware. Sertifikasi ini cocok untuk Help Desk Technician, Customer Support
          Representative, PC Support Specialist, atau Technical Support Representative.
  • MCSA (Microsoft Certified System Administrator)
          Seorang MCSA mempunyai keahlian untuk mengelola, mengimplementasi, dan
          troubleshooting pada platform Windows 2000 termasuk Windows .NET Server. MCSA
          cocok untuk Network Administrator, Network Engineer, System Administrator, IT
          Engineer, Network Technician, and Technical Support Specialist, dan dapat diperoleh
          sebelum MCSE.
  • MCSE (Microsoft Certified System Engineer)
          Sertifikasi MCSE cocok untuk System Engineer, Technical Support Engineer, Network
          Analyst, Technical Consultant, dll.
  • MCAD (Microsoft Certified Application Developer)
          MCAD ditujukan bagi Analysts/ Programmer atau Software Application Specialist.
          Seorang MCAD mempunyai keahlian membangun, dan dapat mengatur aplikasi,
          komponen, web maupun desktop client pada satu departemen dan mengelola back-end
          data. Dapat diperoleh sebelum MCSD.
  • MCSD (Microsoft Certified Solution Developer)
          MCSD ditujukan bagi para professional yang hendak dan sedang bekerja mendesain
          dan membangun solusi bisnis tingkat enterprise dengan menggunakan Development
          Tools Microsoft, platform dalam framework Microsoft .NET. Sertifikasi MCSD cocok
          untuk Software Engineer, Software Applications Engineer, Software Developer,
          Technical Consultant.
  • MCDBA (Microsoft Certified Database Administrator)
          Sertifikasi MCDBA ditujukan untuk professional IT yang hendak dan sedang bekerja
          dalam implementasi dan administrasi SQL Server. MCDBA cocok untuk Database
          Administrator, Database Analyst, dan Database Developer.

  • MCP (Microsoft Certified Professional)
          Seseorang berhak mendapat sertifikasi MCP setelah lulus minimal 1 (satu) ujian
          mengenai Sistem Operasi Microsoft maupun Aplikasi Software Microsoft yang masih
          berlaku.
2.   Sertifikasi Oracle
Adalah Program Sertifikasi Oracle membantu industri TI membentuk suatu standar kompetensi dalam level kunci masuk dan peran kerja profesional. Mendapatkan sertifikat dari Asosiasi Sertifikat Oracle (AOC) adalah sebagai permulaan pengakuan untuk pengetahuan menggunakan teknologi Oracle. OCA merupakan batu loncatan untuk memulai sukses dalam karir sebagai profesional di bidang Oracle.
3.   Sertifikasi CISCO
Adalah cisco merupakan perusahan yang bergerak dalam bidang infrastruktur jaringan komputer khususnya memang pada perangkat yang sampai saat ini paling handal dibanding dengan produk perangkat jaringan komputer lainnya dan sekarang merupakan perushaan yang paling unggul dibidang penyedia perangkat infrastuktur jaringan komputer. Sertifikasi untuk meningkatkan profesionalisme di bidang jaringan komputer CCNA (Cisco Certified Networking Associate)
CCNP (Cisco Certified Networking Professional)
CCIA (Cisco Certified Internetworking Expert)
4.   Sertifikasi Novell
Adalah perusahaan yang bergerak dalam pengembangan sistem operasi jaringan.
Jenis-jenis Sertifikasi Novell :
            Novell Certified Linux Professional ( Novell CLP ).
Novell Certified Linux Enginer ( Novell CLE ).
Suse Certified Linux Professional ( Suse CLP ).
Master Certified Novell Engineer ( MCNE )

Kamis

Kriterian penjadwalan


1.    Turn Around Time adalah proses waktu yang diperlukan untuk mengubah arah pengiriman pada sistem komunikasi saat beroperasi. Dari sudut pandang proses tertentu, kriteria yang penting adalah berapa lama untuk mengeksekusi proses tersebut. Memang, lama pengeksekusian sebuah proses sangat tergantung dari hardware yang dipakai, namun kontribusi algoritma penjadwalan tetap ada dalam lama waktu yang dipakai untuk menyelesaikan sebuah proses. Misal, kita memilki system komputer yang identik dan proses-proses yang identik pula, namun kita memakai algoritma yang berbeda, algoritma yang mampu menyelesaikan proses yang sama dengan waktu yang lebih singkat mungkin lebih baik dari algoritma yang lain. Interval waktu yang diijinkan dengan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proses disebut turnaround time.Turnaround time adalah jumlah periode tunggu untuk dapat ke memori, menunggu di ready queue, eksekusi CPU, dan melakukan operasi I/O atau waktu yang dihabiskan dari saat program atau job mulai masuk sistem sampai proses diselesaikan sistem.
                     Turnaround = waktu eksekusi + waktu menunggu

2.    Waiting Time adalah Algoritma penjadwalan CPU tidak mempengaruhi waktu untuk melaksanakan proses tersebut atau I/O, karena hanya mempengaruhi jumlah waktu yang dibutuhkan proses diantrian ready. Waiting time adalah jumlah waktu yang dbutuhkan proses di antrian ready.
3.    Response time. Di sistem yang interaktif, turnaround time mungkin bukan waktu yang terbaik untuk kriteria. Sering sebuah proses dapat memproduksi output di awal, dan dapat meneruskan hasil yang baru sementara hasil yang sebelumnya telah diberikan ke pengguna. ukuran lain adalah waktu dari pengiriman permintaan sampai respon yang pertama diberikan. Hal ini disebut response time, yaitu waktu untuk memulai memberikan respon, tetapi bukan waktu yang dipakai output untuk respon tersebut. Turnround time umumnya dibatasi oleh kecepatan peralatan keluaran. Ada dua jenis response time berdasarkan penggunaannya pada sistem interaktif dan sistem waktu nyata (real time), yaitu:
·         Terminal response time merupakan response time pada sistem interaktif sebagai waktu yang dihabiskan dari saat karakter terakhir dari perintah dimasukkan atau transaksi sampai hasil pertama muncul di layar.
·         Event response time merupakan response time pada sistem waktu nyata sebagai waktu dan kejadian (internal/eksternal) sampai instruksi pertama rutin layanan yang dimaksud dieksekusi.
4.    Utilization adalah Kita menginginkan kerja CPU sesibuk mungkin. Konsepnya pemanfaatan CPU mempunyai jangkauan dari 0 sampai 100 persen. Di sistem yang sebenarnya mungkin hanya mempunyai jangakuan dari 40 (untuk pemanggilan ringan sistem) sampai 90 persen (pemanggilan berat sistem).
5.    Throughput adalah Pengukuran kinerja CPU adalah banyaknya proses yang diselesaikan per satuan waktu. Jika kita mempunyai beberapa proses yang sama dan memiliki beberapa algoritma penjadwalan yang berbeda, hasil kinerja bisa menjadi salah satu kriteria penilaian, dimana algoritma yang menyelesaikan proses terbanyak mungkin yang terbaik.

Minggu

Algoritma Penjadwalan (kelemahan dan kelebihan)


1.    FCFS / FIFO adalah Algoritma ini merupakan algoritma penjadwalan yang paling sederhana yang digunakan CPU. Dengan menggunakan algoritma ini seiap proses yang berada pada status ready dimasukkan ke dalam antrian FIFO sesuai dengan waktu kedatangannya. Proses yang tiba terlebih dahulu yang akan dieksekusi terlebih dahulu. Misalnya ada tiga buah proses yang datang secara bersamaan yaitu pada 0 ms, P1 memiliki burst time 24 ms, P2 memiliki burst time 5 ms, P3 memiliki burst time 3 ms. Hitunglah wating time rata-rata dan turnaround time (burst time + waiting time) dari ketiga proses tersebut dengan menggunakan algoritma FCFS.
Ø  Kelebihan : 
algoritma yang paling sederhana, dengan skema proses yang meminta CPU mendapat prioritas.
Ø  Kelemahan:
a. Waiting time rata-ratanya cukup lama.
b. Terjadinya convoy effect, yaitu proses-proses menunggu lama untuk menunggu satu proses besar yang sedang dieksekusi oleh CPU.
2.    SJF (Shortest-Job First) adalah Algoritma ini mempunyai cara penjadwalan yang berbeda dengan FCFS. Dengan algoritma ini maka setiap proses yang ada di antrian ready akan dieksekusi berdasarkan burst time terkecil. Hal ini mengakibatkan waiting time yang pendek untuk setiap proses dan karena hal tersebut maka waiting time rata-ratanya juga menjadi pendek, sehingga dapat dikatakan bahwa algoritma ini adalah algoritma yang optimal.
Ø  Kelebihan :
paling optimal, karena algoritma ini memberikan minimum waiting time untuk kumpulan proses yang mengantri
Ø  kekurangan:
• Kesulitan untuk memprediksi burst time proses yang akan dieksekusi selanjutnya .
• Proses yang mempunyai burst time yang besar akan memiliki waiting time yang besar pula karena yang dieksekusi terlebih dahulu adalah proses dengan burst time yang lebih kecil.
3.    Priority
Ø  Kelemahan :
Dapat terjadinya indefinite blocking (starvation) yaitu suatu proses dengan prioritas yang rendah memiliki kemungkinan untuk tidak dieksekusi jika terdapat proses lain yang memiliki prioritas lebih tinggi darinya. Solusi dari permasalahan ini adalah aging, yaitu meningkatkan prioritas dari setiap proses yang menunggu dalam antrian secara bertahap.

4.    RR (Round Robin)
Ø  Kelebihan:
-   Tak ada proses yang diprioritaskan
Ø  Kelemahan:
- Tergantung pada time quantum. Jika terlalu besar, algoritma ini akan sama  sajadengan algoritma first come first served. Jika terlalu kecil, akan semakin banyakperalihan proses sehingga banyak waktu terbuang.
-   Jika Time quantum yang ditentukan terlalu kecil, maka sebagian besar prosestidak akan selesai dalam 1 quantum

5.    Multilevel Queue
Ide dasar dari algoritma ini adalah berdasarkan pada sistem prioritas proses. Prinsipnya adalah, jika setiap proses dapat dikelompokkan berdasarkan prioritasnya. Dari gambar tersebut terlihat bahwa akan terjadi pengelompokan-pengelompokan proses-proses berdasarkan prioritasnya. Kemudian muncul gagasan untuk menganggap kelompok-kelompok tersebut sebagai sebuah antrian-antrian kecil yang merupakan bagian dari antrian keseluruhan proses, yang sering disebut dengan algoritma multilevel queue.
Dalam hal ini dapat dilihat bahwa seolah-olah algoritma dengan prioritas yang dasar adalah algoritma multilevel queue dimana setiap antrian akan berjalan dengan algoritma FCFS dan dapat diketahui bahwa algoritma FCFS memiliki banyak kelemahan, oleh karena itu dalam prakteknya, algoritma multilevel queue memungkinkan adanya penerapan algoritma internal dalam masing-masing sub-antriannya untuk meningkatkan kinerjanya, dimana setiap sub-antrian bisa memiliki algoritma internal yang berbeda Berawal dari priority scheduling, algoritma ini pun memiliki kelemahan yang sama dengan priority scheduling, yaitu sangat mungkin bahwa suatu proses pada queue dengan prioritas rendah bisa saja tidak mendapat jatah CPU. Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu caranya adalah dengan memodifikasi algoritma ini dengan adanya jatah waktu maksimal untuk tiap antrian, sehingga jika suatu antrian memakan terlalu banyak waktu, maka prosesnya akan dihentikan dan digantikan oleh antrian dibawahnya, dan tentu saja batas waktu untuk tiap antrian bisa saja sangat berbeda tergantung pada prioritas masing-masing antrian.
6.    Multilevel feedback Queue
Algoritma ini mirip sekali dengan algoritma Multilevel Queue. Perbedaannya ialah algoritma ini mengizinkan proses untuk pindah antrian. Jika suatu proses menyita CPU terlalu lama, maka proses itu akan dipindahkan ke antrian yang lebih rendah. Ini menguntungkan proses interaksi, karena proses ini hanya memakai waktu CPU yang sedikit. Demikian  pula dengan proses yang menunggu terlalu lama. Proses ini akan dinaikkan tingkatannya. Biasanya prioritas tertinggi diberikan kepada proses dengan CPU burst terkecil, dengan begitu CPU akan dimanfaatkan penuh dan I/O dapat terus sibuk. Semakin rendah tingkatannya, panjang CPU burst proses juga semakin besar.
Algoritma ini didefinisikan melalui beberapa parameter, antara lain:
• Jumlah antrian
• Algoritma penjadwalan tiap antrian
• Kapan menaikkan proses ke antrian yang lebih tinggi
• Kapan menurunkan proses ke antrian yang lebih rendah
• Antrian mana yang akan dimasuki proses yang membutuhkan
algoritma ini dapat digunakan secara fleksibel dan diterapkan sesuai dengan kebutuhan sistem. Pada masa sekarang  ini algoritma multilevel feedback queue adalah salah satu yang paling banyak digunakan

fungsi schedulling (penjadwalan) long dan short


·         Fungsi schedulling (penjadwalan) long adalah
1.      Untuk memilih proses dari pool dan menyimpan ke memory.
2.      Long term scheduler tidak sering mengekskusi, digunakan hanya jika proses meninggalkan sistem.
·         Fungsi schedulling (penjadwalan) short adalah
1.      Untuk memilih di antara proses yang siap diekskusi dan salah satunya dialokasikan ke CPU.
2.      Untuk memilih proses baru untuk CPU, proses dieksekusi hanya beberapa milidetik sebelum menunggu I/O.